Sabtu, 31 Oktober 2015

Kegiatan Upaya Khusus (UPSUS) Peningkatan Produksi Padi, Jagung dan Kedelai

Laporan Akhir Kegiatan Upaya Khusus (UPSUS) Peningkatan Produksi Padi, Jagung Dan Kedelai

(Desa Garawastu Dan Sangkanhurip Kecamatan Sindang Kabupaten Majalengka)



Oleh :














FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2015


Judul                     :    Laporan Akhir Kegiatan Upaya Khusus (UPSUS) Peningkatan Produksi Padi, Jagung Dan Kedelai.
Sub Judul            :    Desa Garawastu dan Desa Sangkanhurip Kecamatan Sindang Kabupaten Majalengka.
Penyusun            :    



Majalengka,       Oktober 2015
Menyetujui :
Dosen Pembimbing Lapangan:





Dr. Ir. Abdul Qadir, M.St






Dra. Endang Sri Ratna, PhD






Ahmad Zamzami Nasution, SP., M.Si


BAB I
PENDAHULUAN

1.1.    Latar Belakang
Menghadapi tahun 2015–2019 sektor pertanian masih dihadapkan pada berbagai kendala, antara lain berupa jumlah penduduk yang terus meningkat, kerusakan lingkungan dan perubahan iklim, terbatasnya infrastruktur (jaringan irigasi, jalan usahatani, jalan produksi, pelabuhan yang dilengkapi dengan pergudangan), belum cukup tersedianya benih/bibit unggul bermutu, pupuk, pakan, pestisida/obat-obatan, alat dan mesin pertanian hingga ke tingkat usahatani, konversi lahan pertanian produktif ke penggunaan non pertanian yang tidak terkendali, ketergantungan konsumsi beras, kompetisi pemanfaatan air dan status kepemilikan lahan. Disamping sejumlah kendala tersebut, pertanian kita ke depan juga dihadapkan pada sejumlah tantangan yang perlu diantisipasi, antara lain:
1)    Masyarakat Ekonomi ASEAN.
2)    Otonomi daerah.
3)    Perubahan pola konsumsi.
4)    Dinamika pasar pangan.
Dalam menghadapi kendala dan tantangan yang ada, Kabinet Kerja telah menetapkan Pencapaian Swasembada Berkelanjutan Padi dan Jagung serta Swasembada Kedelai yang harus dicapai dalam waktu 3 (tiga) tahun. Adapun target produksi yang harus dicapai pada tahun 2015 adalah produksi padi sebesar 73,40 juta ton dengan pertumbuhan 2,21% jagung sebesar 20,33 juta ton dengan pertumbuhan 5,57% dan kedelai sebesar 1,27 juta ton dengan pertumbuhan 26,47%. Untuk pencapaian swasembada berkelanjutan padi dan jagung serta swasembada kedelai, penyuluh, mahasiswa dan bintara pembina desa (babinsa) menjadi unsur penting dalam menggerakkan para petani pelaku utama untuk dapat menerapkan teknologi.
Penyuluh, mahasiswa dan babinsa merupakan salah satu faktor penggerak bagi para petani (pelaku utama) dan dapat berperan aktif sebagai komunikator, fasilitator, advisor, motivator, edukator, organisator dan dinamisator dalam rangka terlaksananya kegiatan upaya khusus (UPSUS) peningkatan produksi padi, jagung dan kedelai dalam pencapaian swasembada berkelanjutan padi dan jagung serta swasembada kedelai.
Pelaksana adalah mahasiswa/alumni yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan upaya khusus peningkatan padi, jagung dan kedelai di areal ± 200 ha yang tersebar di satu desa atau beberapa desa dalam satu atau dua kecamatan. Tugas Pelaksana adalah :
a)    Menyusun rencana kerja pendampingan.
b)    Membantu penyuluh pertanian/THL-TBPP dalam kegiatan upaya khusus (upsus) di tingkat kecamatan/desa.
c)    Bermitra dengan penyuluh pertanian dan babinsa dalam pendampingan (perencanaan dan pelaksanaan usaha tani, introduksi teknologi dan kelembagaan petani) kepada petani.
d)    Bersama Dosen/Penyuluh dalam melaksanakan kegiatan Demfarm.
e)    Melakukan identifikasi potensi wilayah dan pendataan usaha tani serta menyampaikannya melalui sms center.
f)     Membuat laporan tingkat wilayah pendampingan yang disampaikan kepada pembimbing.

1.2.    Tujuan
Adapun tujuan laporan akhir pendampingan kegiatan upaya khusus (UPSUS) peningkatan produksi padi, jagung dan kedelai ini adalah untuk mengetahui :
1)    Potensi wilayah desa.
2)    Rehabilitasi Jaringan Irigasi Tersier (RJIT).
3)    Pengembangan SRI (System of Rice Intensification).

1.3.    Manfaat
Manfaat dari kegiatan pendampingan dan pengawalan upaya khusus (upsus) padi, jagung, dan kedelai mahasiswa/alumni diharapkan dapat membantu dan mensukseskan program pemerintah dalam upaya meningkatkan produksi padi, jagung, dan kedelai meliputi perencanaan dan pelaksanaan usaha tani.

BAB II
PELAKSANAAN KEGIATAN

2.1.      Waktu dan Tempat
Pelaksanaan Kegiatan Pengawalan dan Pendampingan Upaya Khusus Peningkatan Produksi Padi, Jagung dan Kedelai oleh mahasiswa/alumni dilaksanakan pada tanggal 01 September hingga 31 Oktober 2015 di desa Sangkanurip dan Garawastu yang berada di wilayah binaan Balai Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan (BP3K) Kecamatan Sindang Kabupaten Majalengka Provinsi Jawa Barat.

2.2.      Macam Kegiatan
Kegiatan Pengawalan dan Pendampingan Upaya Khusus Peningkatan Produksi Padi, Jagung dan Kedelai oleh mahasiswa/alumni di Wilayah Kabupaten Majalengka menitikberatkan kepada program :
1)    Rehabilitasi Jaringan Irigasi Tersier (RJIT).
Pengembangan/Rehabilitasi Jaringan Irigasi adalah kegiatan pembangunan baru, peningkatan, dan/atau perbaikan/ penyempurnaan jaringan irigasi guna mengembalikan/ meningkatkan fungsi dan pelayanan irigasi seperti semula sehingga menambah luas areal tanam dan/atau meningkatkan intensitas pertanaman
2)    Pengembangan SRI (System of Rice Intensification).
System of Rice Intensification (SRI) adalah cara budidaya padi pada lahan sawah beririgasi dan lahan tadah hujan yang ketersediaan airnya terjamin secara intensif dan efisien dalam pengelolaan tanah, tanaman dan air melalui pemberdayaan petani / kelompok tani /P3A / Gapoktan dan kearifan lokal.

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1.      Potensi Wilayah Desa
3.1.1.  Letak Dan Keadaan Geografis
Secara geografis Kecamatan Sindang terletak di bagian timur Kabupaten Majalengka dengan batas-batas wilayahnya :
Ø  Sebelah Selatan, berbatasan dengan Kecamatan Maja dan Argapura
Ø  Sebelah Barat, berbatasan dengan Kecamatan Sukahaji
Ø  Sebelah Utara, berbatasan dengan Kecamatan Sukahaji dan Rajagaluh
Ø  Sebelah Timur, berbatasan dengan Kecamatan Rajagaluh
Luas Wilayah Kecamatan Sindang adalah 23,97 Km2, yang berarti Kecamatan Sindang hanya sekitar 1,99 persen dari luas Wilayah Kabupaten Majalengka (yaitu kurang lebih 1.204,24 Km2) dengan ketinggian tempat antara 310 – 835 m diatas permukaan laut.
Dilihat dari topografinya, Kecamatan Sindang sebagian besar desanya merupakan daerah pegunungan dan berbukit, diantaranya Desa Garawastu, Sangkanhurip dan Idrakila dengan ketinggian antara 550 – 835 meter di atas permukaan laut.
3.1.2.  Keadaan Tanah dan Penggunaannya
Keadaan tanah di Kecamatan Sindang pada umumnya termasuk jenis tanah andosol dengan bentang wilayah berbukit karena merupakan lereng gunung. Data luas tanah dan penggunaannya di Kecamatan Sindang dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 3.1  Luas Tanah dan Penggunaannya di Kecamatan Sindang
No
Desa
Bangunan / Pekarangan
Tegal / Kebun
Ladang / Huma
1
Pasir Ayu
7,70
112,30
-
2
Garawastu
40,90
16,00
-
3
Sangkanhurip
15,00
-
-
4
Indrakila
8,00
-
-
5
Sindang
48,10
274,00
16,5
6
GunungKuning
34,80
18,00
12,3
7
Bayureja
11,50
333,90
34,7
Jumlah
166,00
754,2
63,50
Sumber  : BPS (Kecamatan Sindang dalam Angka 2014).
3.1.3.  Curah Hujan
Air adalah faktor yang lebih penting dalam produksi tanaman pangan dibandingakan dengan faktor lingkungan lainnya. Tanaman pangan memperoleh persediaan air dari akar, itu sebabnya pemeliharaan kelembaban tanah merupakan faktor yang penting dalam pertanian. Jumlah air yang berlebih dalam tanah akan mengubah berbagai proses kimia dan biologis yang membatasi jumlah oksigen dan meningkatkan pembentukan senyawa yang berbahaya bagi akar tanaman. Curah hujan yang lebat dapat menggangu pembungaan dan penyerbukan.
Tabel 3.2       Curah Hujan Kecamatan Sindang selama 4 Tahun terakhir
No
Bulan
Tahun
2011
2012
2013
2014
Jml Hujan
Jml Hari
Jml Hujan
Jml Hari
Jml Hujan
Jml Hari
Jml Hujan
Jml Hari
1
Jan
191
17
324
21
758
27
878
30
2
Feb
370
17
591
23
503
19
823
23
3
Mart
399
22
300
16
588
23
772
22
4
April
262
22
146
13
485
22
458
21
5
Mei
109
13
98
4
293
18
328
16
6
Jun
131
6
64
6
243
14
230
9
7
Jul
32
2
0
0
562
10
104
6
8
Aug
0
0
0
0
0
0
74
2
9
Sep
0
0
0
0
7
1
0
0
10
Okt
37
6
13
3
100
7
45
1
11
Nov
226
20
220
15
0
0
159
14
12
Des
443
27
49
22
0
0
716
25
Sumber : Dinas PSDAPE Kab. Majalengka 2014
3.1.4.  Kelembagaan Tani
Kelembagaan pertanian adalah norma atau kebiasaan yang terstruktur dan terpola serta dipraktekkan terus menerus untuk memenuhi kebutuhan anggota masyarakat yang terkait erat dengan penghidupan dari bidang pertanian di pedesaan. Adapun kelembagaan tani di wilayah pendampingan UPSUS Kec. Sindang yaitu :
Tabel 3.3        Kelembagaan Tani
No
Nama Desa
Jml Kelompok Tani
Jumlah Kelompok Tani
Tani Dewasa
Tani Wanita
Taruna Tani
Jml Kel.
Jml Angg
Jml Kel.
Jml Angg
Jml Kel.
Jml Angg
1
Garawastu
6
6
428
-
-
-
-
2
Sangkanhurip
6
5
215
1
34
-
-
Sumber : BP3K Kec. Sindang 2014
3.1.5.  Kelompok Tani dan Kedudukannya
Kelompok tani adalah beberapa orang petani atau peternak yang menghimpun diri dalam suatu kelompok karena memiliki keserasian dalam tujuan, motif, dan minat. Kelompok tani dibentuk berdasarkan surat keputusan dan dibentuk dengan tujuan sebagai wadah komunikasi antar petani.  Fungsi kelompok tani adalah:
Ø  Menciptakan tata cara penggunaan sumber daya yang ada.
Ø  Sebagai media atau alat pembangunan.
Ø  Membangun kesadaran anggota petani untuk menjalankan mandat yang diamanatkan oleh kelompok.
Pemberdayaan kelompoktani merupakan sebuah model pemberdayaan yang arah pembangunan berpihak pada rakyat. Kelompok tani pada dasarnya sebagai pelaku utama pembangunan di pedesaan. Kelompok tani dapat memainkan peran tunggal maupun ganda, seperti penyediaan usaha tani, penyediaan air irigasi, penyediaan modal, penyediaan informasi, serta pemasaran hasil secara kolektif.
Tabel 3.4        Data Kelompok Tani dan Kedudukannya
No

Nama
Desa
Nama
Kelompok
Tahun Berdiri
Nama Pengurus
Jumlah
Anggota
Modal
Kelompok
Jenis usaha
Tani Pokok
(Utama)
Luasan
Ketua
Sekretaris
Bendahara
1
Garawastu
Rama
1984
Abdul Fakih
Anwar
Madhari
55

Padi
27,11


Tegal
1983
Madsai
Muhamad
Pulung
101

Padi
24,96


Bodor
1984
Sumardi
Nondi
Ade Gunawan
60

Padi
12,78


Racak
1984
Muhamad
Toto
Asmudin
74

Padi
22,75


Cipari
2008
Budi
Musyapa
Syurba
62

Padi
35,25


Jatun
1985
Muhyidin
Kardi
Suandi
76

Padi
26,80
2
Sangkanhurip
Melot
2008
Dede Rajudin
Supardi
Ijen Saepudin
45

Padi
22,50


Teja Langu
2008
Nurfa'i
Abdul Salim
A. Fakih
48

Padi
24,00


Liang Maung
2008
Oman
Solihan
Aman Iwan
34

Padi
17,00


Bojong
2008
Dulhamid
Husen
Karman
43

Padi
21.50


Lemah Sair
2008
Temod Koboy
Saheti
Andi Sunandi
45

Padi
22,50
Sumber : BP3K Kec. Sindang 2014
3.1.6.  Gabungan Kelompok Tani
Gabungan kelompok tani (Gapoktan) adalah gabungan dari beberapa kelompok tani yang melakukan usaha agribisnis di atas prinsip kebersamaan dan kemitraan sehingga mencapai peningkatan produksi dan pendapatan usaha tani bagi anggotanya dan petani lainnya. Tujuan utama pembentukan dan penguatan Gapoktan adalah untuk memperkuat kelembagaan petani yang ada, sehingga pembinaan pemerintah kepada petani akan terfokus dengan sasaran yang jelas.
Tabel 3.5        Gabungan Kelompok Tani
No

Nama
Desa
Nama
Gapoktan
Tahun Berdiri
Nama Pengurus
Jumlah
Anggota
Modal
Kelompok
Jenis usaha
Tani Pokok
(Utama)
Luasan
Ketua
Sekretaris
Bendahara
1
Garawastu
Agung Mulya
2008
Abdul Fakih
Dede Gufron
Mastur
428
PUAP
Padi
149,65
2
Sangkanhurip
Kertaraharja
2008
Nana S
Udung S
Aceng Husen
215
PUAP
Padi
107,50
Sumber : BP3K Kec. Sindang 2014

3.2.      Rehabilitasi Jaringan Irigasi Tersier (RJIT)
Dalam rangka upaya khusus peningkatan produksi padi, salah satu program yang dilaksanakan yaitu pengembangan jaringan irigasi yang merupakan faktor penting dalam proses usahatani yang berdampak langsung terhadap kualitas dan kuantitas tanaman khususnya padi.
Pengelolaan air irigasi dari hulu (upstream) sampai dengan hilir (downstream) memerlukan sarana dan prasarana irigasi yang memadai. Sarana dan prasarana tersebut dapat berupa: bendungan, bendung, saluran primer dan sekunder, boks bagi, bangunan-bangunan ukur, dan saluran tersier serta saluran tingkat usaha tani (TUT). Rusaknya salah satu bangunan-bangunan irigasi akan mempengaruhi kinerja sistem yang ada, sehingga mengakibatkan efisiensi dan efektifitas irigasi menurun.
Biaya yang digunakan untuk kegiatan ini dalam bentuk uang Rp. 1.000.000,-/ha, yang dipergunakan untuk kegiatan fisik pengembangan jaringan irigasi. Adapun luas lahan di kelompok cipari Desa Garawastu dan kelompok tani melot Desa Sangkanhurip masing-masing 50 ha. Sehingga bantuan yang diterima pada program Rehabilitasi Jaringan Irigasi Tersier (RJIT) kedua kelompok tani tersebut masing-masing sebesar Rp. 50.000.000,-/50 ha. Selain itu, kelompok tani mendapat saprodi berupa NPK 2.500 kg, Urea 2.500 kg, Benih 1.250 kg untuk luas tanam 50 ha.
Ketika mahasiswa/alumni mulai pendampingan pada bulan september 2015, dana untuk kegiatan fisik pengembangan jaringan irigasi sudah terserap 100 %. Adapun hasil jaringan irigasi yang dibangun pada kegiatan ini yaitu kelompok tani cipari Desa Garawastu dengan panjang 350 m, sedangkan kelompok tani melot Desa Sangkanhurip 300 m. Bantuan saprodi juga sudah di distribusikan oleh kelompok tani dan telah di terima oleh petani penggarap.
Permasalahan yang dihadapi pada musim kemarau yaitu debit air di sungai cikeruh berkurang, sehingga air yang masuk ke hamparan kedua kolompok juga berkurang. Solusi untuk mengantisipasi permasalahan tersebut adalah diadakan pembagian air secara bergilir dengan interval waktu 1 minggu.

3.3.      Pengembangan SRI (System of Rice Intensification)
SRI (System of Rice Intensification) merupakan salah satu pendekatan dalam praktek budidaya padi yang menekankan pada manajemen pengelolaan tanah, tanaman dan air melalui pemberdayaan kelompok dan kearifan lokal yang berbasis pada kegiatan ramah lingkungan. Adapun prinsip dasar budidaya padi dengan sistem SRI :
1)    Pengolahan tanah sawah sehat adalah pengolahan tanah yang dilakukan secara konvensional, dengan memberikan asupan bahan organik seperti kotoran hewan, hijauan, limbah organik, jerami yang proses dekomposisinya dipercepat dengan menggunakan mikroorganisme lokal (MOL) / POC. Selanjutnya untuk pengelolaan airnya dibuat parit keliling atau melintang petakan sawah dengan kedalaman 40 cm dan lebar 40 cm dan dibuat garis jarak tanam dengan menggunakan caplak.
2)    Persemaian SRI, dilakukan dengan cara kering (tidak digenang) dan dilakukan penyiraman setiap hari. Persemaian bisa dilakukan dilahan sawah / darat, pekarangan dengan dilapisi plastik dan di nampan / yang dilapisi daun pisang supaya akar bibit padi tidak tembus ke tanah dan memudahkan pada saat pindah tanam dari persemaian.
3)    Cara Tanam dan Jarak Tanam SRI adalah penanaman satu bibit per lubang (tanam tunggal, tanam dangkal dan akar membentuk hurup L) saat bibit berumur 5 - 7 hari. Jarak tanam longgar / lebar dengan alternatif antara lain : 25 x 25 cm atau 30 x 30 cm.
4)    Pengelolaan air SRI adalah pada umur padi vegetatif, air diberikan secara macak - macak (kapasitas lapang) kecuali pada saat penyiangan dilakukan penggenangan ( 2 – 3 ) cm. Pada umur + 45 hari sebaiknya lahan dikeringkan selama 10 hari untuk menghambat pertumbuhan anakan, kemudian air diberikan secara macak-macak kembali sampai masa pertumbuhan malai, pengisian bulir padi hingga bernas, selanjutnya pada umur tanaman + 100 hari sawah dikeringkan sampai panen.
5)    Pemeliharaan tanaman SRI adalah penyiangan, penyulaman dan pengendalian hama.
Ø  Penyiangan dilakukan dengan selang waktu 10 hari setelah tanam sebanyak 4 kali dan setiap selesai penyiangan dilakukan penyemprotan suplement Pupuk cair (POC) / Mikro Organisme Lokal (MOL) yang dibuat sendiri.
Ø  Penyulaman tanaman dilakukan bila ada gangguan belalang atau keong, bibit untuk menyulam adalah bibit yang diambil dari bibit cadangan yang secara sengaja ditanam dipinggir petakan sawah.
Ø  Pengendalian hama dilakukan dengan konsep Pengendalian Hama Terpadu (PHT) secara utuh yaitu: melalui pendayagunaan fungsi musuh alami, pengamatan berkala, dan tidak menggunakan pestisida sintetis.
Pengembangan program SRI (System of Rice Intensification) pada tahun 2015 di Kecamatan Sindang dilaksanakan oleh kelompok tani lemah sair Desa Sangkanhurip dan kelompok tani tegal Desa Garawastu. Kelompok tani diberikan bantuan masing-masing kelompok 10 Ha dalam bentuk uang untuk mengembangkan program tersebut.
Berkenaan dengan tugas mahasiswa/alumni dalam pelaksanaan upaya khusus peningkatan padi yaitu memberikan penyuluhan kepada petani mengenai cara budidaya padi dengan metode SRI dari mulai pengolahan lahan sampai dengan pemeliharaan.
Sehubungan masa kontrak tugas mahasiswa/alumni yang diberikan hanya 2 bulan dari tanggal 1 September sampai dengan 31 Oktober 2015 tidak banyak yang bisa mahasiswa/alumni lakukan, ditambah ketika mahasiswa/alumni sudah mulai bekerja ke kelompok tani Desa Garawastu dan Sangkanhurip pada bulan september, petani sudah melakukan penyemaian padi secara konvensional. Bantuan yang dijanjikan oleh Dinas Pertanian, sampai berakhir masa kontrak mahasiswa/alumni belum di terima oleh yang berhak.
Secara garis besar setelah melakukan pendampingan upaya khusus peningkatan padi dengan metode SRI di kelompok tani Desa Garawastu dan Sangkanhurip belum sesuai anjuran.
1)    Pengolahan tanah menggunakan traktor dengan memberikan asupan bahan organik jerami, tidak dibuatkan parit untuk pengelolaan air.
2)    Persemaian dilakukan dilahan sawah, tidak menggunakan nampan.
3)    penanaman empat bibit per lubang, bibit berumur 15 - 20 hari. Jarak tanam 25 x 25 cm.
4)    Pengelolaan air diberikan secara digenang.
5)    Pemupukan diberikan pupuk anorganik (urea, npk)
6)    Penyiangan baru dilakukan 1 kali pada umur 15 hari setelah tanam.

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1.      KESIMPULAN
Program Rehabilitasi Jaringan Irigasi Tersier (RJIT)  sudah terserap 100 %. Adapun hasil jaringan irigasi yang dibangun pada kegiatan ini yaitu kelompok tani cipari Desa Garawastu dengan panjang 350 m, sedangkan kelompok tani melot Desa Sangkanhurip 300 m. Bantuan saprodi juga sudah di distribusikan oleh kelompok tani dan telah di terima oleh petani penggarap. Permasalahan yang dihadapi pada musim kemarau yaitu debit air di sungai cikeruh berkurang, sehingga air yang masuk ke hamparan kedua kolompok juga berkurang. Solusi untuk mengantisipasi permasalahan tersebut adalah diadakan pembagian air secara bergilir dengan interval waktu 1 minggu.
Kegiatan program SRI di Desa Garawastu dan Desa Sangkanhurip belum dilaksanakan sesuai anjuran yang berlaku. Kemungkinan para petani belum sepenuhnya paham mengenai budidaya padi dengan sistem SRI, hal tersebut diakibatkan minimnya waktu pendamping untuk mensosialisasi program kepada petani.

4.2.      SARAN
Kegiatan program pemerintah yang berkaitan dengan pertanian agar dikaji ulang agar program tersebut tepat sasaran. Rencana dan realisasi dilapangan sangat berbeda, salah satu contoh ketika rencana program SRI dapat dilakukan pada bulan oktober sedangkan kalender musim tanam pada bulan september. Sehingga program tersebut dipaksakan agar dapat berjalan, yang jadi korban adalah petani sendiri.