Laporan
Akhir Kegiatan Upaya Khusus (UPSUS) Peningkatan Produksi Padi, Jagung Dan
Kedelai
(Desa
Garawastu Dan Sangkanhurip Kecamatan Sindang Kabupaten Majalengka)
Oleh :
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2015
Judul : Laporan Akhir Kegiatan Upaya
Khusus (UPSUS) Peningkatan Produksi Padi, Jagung Dan Kedelai.
Sub Judul : Desa
Garawastu dan Desa Sangkanhurip Kecamatan Sindang Kabupaten Majalengka.
Penyusun :
Majalengka, Oktober 2015
|
|
Menyetujui :
|
|
Dosen Pembimbing
Lapangan:
|
|
Dr. Ir. Abdul Qadir, M.St
|
Dra. Endang Sri Ratna, PhD
|
Ahmad Zamzami Nasution, SP., M.Si
|
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Menghadapi
tahun 2015–2019 sektor pertanian masih dihadapkan pada berbagai kendala, antara
lain berupa jumlah penduduk yang terus meningkat, kerusakan lingkungan dan
perubahan iklim, terbatasnya infrastruktur (jaringan irigasi, jalan usahatani,
jalan produksi, pelabuhan yang dilengkapi dengan pergudangan), belum cukup
tersedianya benih/bibit unggul bermutu, pupuk, pakan, pestisida/obat-obatan,
alat dan mesin pertanian hingga ke tingkat usahatani, konversi lahan pertanian
produktif ke penggunaan non pertanian yang tidak terkendali, ketergantungan
konsumsi beras, kompetisi pemanfaatan air dan status kepemilikan lahan.
Disamping sejumlah kendala tersebut, pertanian kita ke depan juga dihadapkan
pada sejumlah tantangan yang perlu diantisipasi, antara lain:
1) Masyarakat
Ekonomi ASEAN.
2) Otonomi
daerah.
3) Perubahan
pola konsumsi.
4) Dinamika
pasar pangan.
Dalam
menghadapi kendala dan tantangan yang ada, Kabinet Kerja telah menetapkan
Pencapaian Swasembada Berkelanjutan Padi dan Jagung serta Swasembada Kedelai
yang harus dicapai dalam waktu 3 (tiga) tahun. Adapun target produksi yang
harus dicapai pada tahun 2015 adalah produksi padi sebesar 73,40 juta ton
dengan pertumbuhan 2,21% jagung sebesar 20,33 juta ton dengan pertumbuhan 5,57%
dan kedelai sebesar 1,27 juta ton dengan pertumbuhan 26,47%. Untuk pencapaian
swasembada berkelanjutan padi dan jagung serta swasembada kedelai, penyuluh,
mahasiswa dan bintara pembina desa (babinsa) menjadi unsur penting dalam
menggerakkan para petani pelaku utama untuk dapat menerapkan teknologi.
Penyuluh,
mahasiswa dan babinsa merupakan salah satu faktor penggerak bagi para petani
(pelaku utama) dan dapat berperan aktif sebagai komunikator, fasilitator,
advisor, motivator, edukator, organisator dan dinamisator dalam rangka
terlaksananya kegiatan upaya khusus (UPSUS) peningkatan produksi padi, jagung
dan kedelai dalam pencapaian swasembada berkelanjutan padi dan jagung serta
swasembada kedelai.
Pelaksana
adalah mahasiswa/alumni yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan upaya khusus
peningkatan padi, jagung dan kedelai di areal ± 200 ha yang tersebar di satu
desa atau beberapa desa dalam satu atau dua kecamatan. Tugas Pelaksana adalah :
a) Menyusun
rencana kerja pendampingan.
b) Membantu
penyuluh pertanian/THL-TBPP dalam kegiatan upaya khusus (upsus) di tingkat
kecamatan/desa.
c) Bermitra
dengan penyuluh pertanian dan babinsa dalam pendampingan (perencanaan dan
pelaksanaan usaha tani, introduksi teknologi dan kelembagaan petani) kepada
petani.
d) Bersama
Dosen/Penyuluh dalam melaksanakan kegiatan Demfarm.
e) Melakukan
identifikasi potensi wilayah dan pendataan usaha tani serta menyampaikannya
melalui sms center.
f) Membuat
laporan tingkat wilayah pendampingan yang disampaikan kepada pembimbing.
1.2.
Tujuan
Adapun tujuan laporan akhir
pendampingan kegiatan upaya khusus (UPSUS) peningkatan produksi padi, jagung
dan kedelai ini adalah untuk mengetahui :
1) Potensi
wilayah desa.
2) Rehabilitasi
Jaringan Irigasi Tersier (RJIT).
3) Pengembangan
SRI (System of Rice Intensification).
1.3.
Manfaat
Manfaat
dari kegiatan pendampingan dan
pengawalan upaya khusus (upsus)
padi,
jagung, dan kedelai mahasiswa/alumni diharapkan dapat membantu dan mensukseskan
program pemerintah dalam upaya meningkatkan produksi padi, jagung, dan kedelai
meliputi perencanaan dan pelaksanaan usaha tani.
BAB II
PELAKSANAAN
KEGIATAN
2.1.
Waktu
dan Tempat
Pelaksanaan
Kegiatan Pengawalan dan Pendampingan Upaya Khusus Peningkatan Produksi Padi, Jagung dan
Kedelai oleh mahasiswa/alumni dilaksanakan
pada tanggal 01 September hingga 31 Oktober 2015 di desa Sangkanurip dan Garawastu yang berada di wilayah binaan Balai Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan
Kehutanan (BP3K) Kecamatan Sindang Kabupaten Majalengka Provinsi Jawa Barat.
2.2.
Macam
Kegiatan
Kegiatan Pengawalan dan Pendampingan Upaya Khusus Peningkatan Produksi Padi, Jagung dan
Kedelai oleh mahasiswa/alumni di Wilayah Kabupaten Majalengka
menitikberatkan kepada program :
1) Rehabilitasi
Jaringan Irigasi Tersier (RJIT).
Pengembangan/Rehabilitasi
Jaringan Irigasi adalah kegiatan pembangunan baru,
peningkatan,
dan/atau perbaikan/ penyempurnaan jaringan irigasi guna
mengembalikan/ meningkatkan fungsi
dan pelayanan
irigasi
seperti semula
sehingga menambah luas areal tanam
dan/atau meningkatkan intensitas pertanaman
2) Pengembangan
SRI (System of Rice Intensification).
System of Rice Intensification (SRI) adalah
cara budidaya padi pada lahan sawah beririgasi dan lahan tadah hujan yang
ketersediaan airnya terjamin secara intensif dan efisien dalam pengelolaan
tanah, tanaman dan air melalui pemberdayaan petani / kelompok tani /P3A /
Gapoktan dan kearifan lokal.
BAB III
HASIL
DAN PEMBAHASAN
3.1.
Potensi
Wilayah Desa
3.1.1. Letak Dan Keadaan Geografis
Secara
geografis Kecamatan Sindang terletak di bagian timur Kabupaten Majalengka
dengan batas-batas wilayahnya :
Ø Sebelah
Selatan, berbatasan dengan Kecamatan Maja dan Argapura
Ø Sebelah
Barat, berbatasan dengan Kecamatan Sukahaji
Ø Sebelah
Utara, berbatasan dengan Kecamatan Sukahaji dan Rajagaluh
Ø Sebelah
Timur, berbatasan dengan Kecamatan Rajagaluh
Luas
Wilayah Kecamatan Sindang adalah 23,97 Km2, yang berarti Kecamatan Sindang
hanya sekitar 1,99 persen dari luas Wilayah Kabupaten Majalengka (yaitu kurang
lebih 1.204,24 Km2) dengan ketinggian tempat antara 310 – 835 m diatas
permukaan laut.
Dilihat
dari topografinya, Kecamatan Sindang sebagian besar desanya merupakan daerah
pegunungan dan berbukit, diantaranya Desa Garawastu, Sangkanhurip dan Idrakila
dengan ketinggian antara 550 – 835 meter di atas permukaan laut.
3.1.2. Keadaan
Tanah dan Penggunaannya
Keadaan
tanah di Kecamatan Sindang pada umumnya termasuk jenis tanah andosol dengan
bentang wilayah berbukit karena merupakan lereng gunung. Data luas tanah dan
penggunaannya di Kecamatan Sindang dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel
3.1 Luas
Tanah dan Penggunaannya di Kecamatan Sindang
No
|
Desa
|
Bangunan / Pekarangan
|
Tegal / Kebun
|
Ladang / Huma
|
1
|
Pasir Ayu
|
7,70
|
112,30
|
-
|
2
|
Garawastu
|
40,90
|
16,00
|
-
|
3
|
Sangkanhurip
|
15,00
|
-
|
-
|
4
|
Indrakila
|
8,00
|
-
|
-
|
5
|
Sindang
|
48,10
|
274,00
|
16,5
|
6
|
GunungKuning
|
34,80
|
18,00
|
12,3
|
7
|
Bayureja
|
11,50
|
333,90
|
34,7
|
Jumlah
|
166,00
|
754,2
|
63,50
|
Sumber : BPS
(Kecamatan Sindang dalam Angka 2014).
3.1.3. Curah
Hujan
Air adalah faktor yang lebih penting dalam produksi
tanaman pangan dibandingakan dengan faktor lingkungan lainnya. Tanaman pangan
memperoleh persediaan air dari akar, itu sebabnya pemeliharaan kelembaban tanah
merupakan faktor yang penting dalam pertanian. Jumlah air yang berlebih dalam
tanah akan mengubah berbagai proses kimia dan biologis yang membatasi jumlah
oksigen dan meningkatkan pembentukan senyawa yang berbahaya bagi akar tanaman.
Curah hujan yang lebat dapat menggangu pembungaan dan penyerbukan.
Tabel 3.2 Curah Hujan Kecamatan Sindang selama 4
Tahun terakhir
No
|
Bulan
|
Tahun
|
|||||||
2011
|
2012
|
2013
|
2014
|
||||||
Jml
Hujan
|
Jml
Hari
|
Jml
Hujan
|
Jml
Hari
|
Jml
Hujan
|
Jml
Hari
|
Jml
Hujan
|
Jml
Hari
|
||
1
|
Jan
|
191
|
17
|
324
|
21
|
758
|
27
|
878
|
30
|
2
|
Feb
|
370
|
17
|
591
|
23
|
503
|
19
|
823
|
23
|
3
|
Mart
|
399
|
22
|
300
|
16
|
588
|
23
|
772
|
22
|
4
|
April
|
262
|
22
|
146
|
13
|
485
|
22
|
458
|
21
|
5
|
Mei
|
109
|
13
|
98
|
4
|
293
|
18
|
328
|
16
|
6
|
Jun
|
131
|
6
|
64
|
6
|
243
|
14
|
230
|
9
|
7
|
Jul
|
32
|
2
|
0
|
0
|
562
|
10
|
104
|
6
|
8
|
Aug
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
74
|
2
|
9
|
Sep
|
0
|
0
|
0
|
0
|
7
|
1
|
0
|
0
|
10
|
Okt
|
37
|
6
|
13
|
3
|
100
|
7
|
45
|
1
|
11
|
Nov
|
226
|
20
|
220
|
15
|
0
|
0
|
159
|
14
|
12
|
Des
|
443
|
27
|
49
|
22
|
0
|
0
|
716
|
25
|
Sumber : Dinas PSDAPE Kab. Majalengka 2014
3.1.4. Kelembagaan
Tani
Kelembagaan pertanian adalah norma atau kebiasaan yang
terstruktur dan terpola serta dipraktekkan terus menerus untuk memenuhi
kebutuhan anggota masyarakat yang terkait erat dengan penghidupan dari bidang
pertanian di pedesaan. Adapun kelembagaan tani di wilayah pendampingan UPSUS
Kec. Sindang yaitu :
Tabel
3.3 Kelembagaan Tani
No
|
Nama Desa
|
Jml Kelompok Tani
|
Jumlah Kelompok Tani
|
|||||
Tani Dewasa
|
Tani Wanita
|
Taruna Tani
|
||||||
Jml Kel.
|
Jml Angg
|
Jml Kel.
|
Jml Angg
|
Jml Kel.
|
Jml Angg
|
|||
1
|
Garawastu
|
6
|
6
|
428
|
-
|
-
|
-
|
-
|
2
|
Sangkanhurip
|
6
|
5
|
215
|
1
|
34
|
-
|
-
|
Sumber : BP3K Kec. Sindang 2014
3.1.5. Kelompok
Tani dan Kedudukannya
Kelompok
tani adalah beberapa orang petani atau peternak yang menghimpun diri
dalam suatu kelompok karena memiliki keserasian dalam tujuan, motif, dan minat.
Kelompok tani dibentuk berdasarkan surat keputusan dan dibentuk dengan tujuan sebagai wadah komunikasi antar petani. Fungsi kelompok tani adalah:
Ø Sebagai
media atau alat pembangunan.
Ø Membangun
kesadaran anggota petani untuk menjalankan mandat yang diamanatkan oleh
kelompok.
Pemberdayaan
kelompoktani merupakan sebuah model pemberdayaan yang
arah pembangunan berpihak pada rakyat. Kelompok
tani pada dasarnya sebagai pelaku utama pembangunan di pedesaan. Kelompok
tani dapat memainkan peran tunggal maupun ganda, seperti penyediaan usaha tani,
penyediaan air irigasi,
penyediaan modal,
penyediaan informasi, serta pemasaran hasil
secara kolektif.
Tabel 3.4 Data Kelompok Tani dan Kedudukannya
No
|
Nama
Desa
|
Nama
Kelompok
|
Tahun Berdiri
|
Nama Pengurus
|
Jumlah
Anggota
|
Modal
Kelompok
|
Jenis usaha
Tani Pokok
(Utama)
|
Luasan
|
||
Ketua
|
Sekretaris
|
Bendahara
|
||||||||
1
|
Garawastu
|
Rama
|
1984
|
Abdul Fakih
|
Anwar
|
Madhari
|
55
|
|
Padi
|
27,11
|
|
|
Tegal
|
1983
|
Madsai
|
Muhamad
|
Pulung
|
101
|
|
Padi
|
24,96
|
|
|
Bodor
|
1984
|
Sumardi
|
Nondi
|
Ade Gunawan
|
60
|
|
Padi
|
12,78
|
|
|
Racak
|
1984
|
Muhamad
|
Toto
|
Asmudin
|
74
|
|
Padi
|
22,75
|
|
|
Cipari
|
2008
|
Budi
|
Musyapa
|
Syurba
|
62
|
|
Padi
|
35,25
|
|
|
Jatun
|
1985
|
Muhyidin
|
Kardi
|
Suandi
|
76
|
|
Padi
|
26,80
|
2
|
Sangkanhurip
|
Melot
|
2008
|
Dede Rajudin
|
Supardi
|
Ijen Saepudin
|
45
|
|
Padi
|
22,50
|
|
|
Teja
Langu
|
2008
|
Nurfa'i
|
Abdul Salim
|
A. Fakih
|
48
|
|
Padi
|
24,00
|
|
|
Liang
Maung
|
2008
|
Oman
|
Solihan
|
Aman Iwan
|
34
|
|
Padi
|
17,00
|
|
|
Bojong
|
2008
|
Dulhamid
|
Husen
|
Karman
|
43
|
|
Padi
|
21.50
|
|
|
Lemah
Sair
|
2008
|
Temod Koboy
|
Saheti
|
Andi Sunandi
|
45
|
|
Padi
|
22,50
|
Sumber : BP3K Kec. Sindang 2014
3.1.6. Gabungan
Kelompok Tani
Gabungan
kelompok tani (Gapoktan) adalah gabungan dari beberapa kelompok tani yang
melakukan usaha agribisnis di atas prinsip kebersamaan dan kemitraan sehingga
mencapai peningkatan produksi dan pendapatan usaha tani bagi anggotanya dan
petani lainnya. Tujuan utama pembentukan dan penguatan Gapoktan adalah untuk
memperkuat kelembagaan petani yang ada, sehingga pembinaan pemerintah kepada
petani akan terfokus dengan sasaran yang jelas.
Tabel
3.5 Gabungan Kelompok Tani
No
|
Nama
Desa
|
Nama
Gapoktan
|
Tahun Berdiri
|
Nama Pengurus
|
Jumlah
Anggota
|
Modal
Kelompok
|
Jenis usaha
Tani Pokok
(Utama)
|
Luasan
|
||
Ketua
|
Sekretaris
|
Bendahara
|
||||||||
1
|
Garawastu
|
Agung
Mulya
|
2008
|
Abdul Fakih
|
Dede Gufron
|
Mastur
|
428
|
PUAP
|
Padi
|
149,65
|
2
|
Sangkanhurip
|
Kertaraharja
|
2008
|
Nana S
|
Udung S
|
Aceng Husen
|
215
|
PUAP
|
Padi
|
107,50
|
Sumber : BP3K Kec. Sindang 2014
3.2.
Rehabilitasi
Jaringan Irigasi Tersier (RJIT)
Dalam
rangka upaya khusus peningkatan produksi padi, salah satu program yang
dilaksanakan yaitu pengembangan jaringan irigasi yang merupakan faktor penting
dalam proses usahatani yang berdampak langsung terhadap kualitas dan kuantitas
tanaman khususnya padi.
Pengelolaan
air irigasi dari hulu (upstream) sampai dengan hilir (downstream) memerlukan
sarana dan prasarana irigasi yang memadai. Sarana dan prasarana tersebut dapat
berupa: bendungan, bendung, saluran primer dan sekunder, boks bagi,
bangunan-bangunan ukur, dan saluran tersier serta saluran tingkat usaha tani
(TUT). Rusaknya salah satu bangunan-bangunan irigasi akan mempengaruhi kinerja
sistem yang ada, sehingga mengakibatkan efisiensi dan efektifitas irigasi
menurun.
Biaya
yang digunakan untuk kegiatan ini dalam bentuk uang Rp. 1.000.000,-/ha, yang
dipergunakan untuk kegiatan fisik pengembangan jaringan irigasi. Adapun luas
lahan di kelompok cipari Desa Garawastu dan kelompok tani melot Desa
Sangkanhurip masing-masing 50 ha. Sehingga bantuan yang diterima pada program Rehabilitasi
Jaringan Irigasi Tersier (RJIT) kedua kelompok tani tersebut masing-masing
sebesar Rp. 50.000.000,-/50 ha. Selain itu, kelompok tani mendapat saprodi
berupa NPK 2.500 kg, Urea 2.500 kg, Benih 1.250 kg untuk luas tanam 50 ha.
Ketika
mahasiswa/alumni mulai pendampingan pada bulan september 2015, dana untuk
kegiatan fisik pengembangan jaringan irigasi sudah terserap 100 %. Adapun hasil
jaringan irigasi yang dibangun pada kegiatan ini yaitu kelompok tani cipari
Desa Garawastu dengan panjang 350 m, sedangkan kelompok tani melot Desa
Sangkanhurip 300 m. Bantuan saprodi juga sudah di distribusikan oleh kelompok
tani dan telah di terima oleh petani penggarap.
Permasalahan
yang dihadapi pada musim kemarau yaitu debit air di sungai cikeruh berkurang,
sehingga air yang masuk ke hamparan kedua kolompok juga berkurang. Solusi untuk
mengantisipasi permasalahan tersebut adalah diadakan pembagian air secara
bergilir dengan interval waktu 1 minggu.
3.3.
Pengembangan
SRI (System of Rice Intensification)
SRI
(System of Rice Intensification)
merupakan salah satu pendekatan dalam praktek budidaya padi yang menekankan
pada manajemen pengelolaan tanah, tanaman dan air melalui pemberdayaan kelompok
dan kearifan lokal yang berbasis pada kegiatan ramah lingkungan. Adapun prinsip
dasar budidaya padi dengan sistem SRI :
1) Pengolahan
tanah sawah sehat adalah pengolahan tanah yang dilakukan secara konvensional,
dengan memberikan asupan bahan organik seperti kotoran hewan, hijauan, limbah
organik, jerami yang proses dekomposisinya dipercepat dengan menggunakan
mikroorganisme lokal (MOL) / POC. Selanjutnya untuk pengelolaan airnya dibuat
parit keliling atau melintang petakan sawah dengan kedalaman 40 cm dan lebar 40
cm dan dibuat garis jarak tanam dengan menggunakan caplak.
2) Persemaian
SRI, dilakukan dengan cara kering (tidak digenang) dan dilakukan penyiraman
setiap hari. Persemaian bisa dilakukan dilahan sawah / darat, pekarangan dengan
dilapisi plastik dan di nampan / yang dilapisi daun pisang supaya akar bibit
padi tidak tembus ke tanah dan memudahkan pada saat pindah tanam dari
persemaian.
3) Cara
Tanam dan Jarak Tanam SRI adalah penanaman satu bibit per lubang (tanam
tunggal, tanam dangkal dan akar membentuk hurup L) saat bibit berumur 5 - 7
hari. Jarak tanam longgar / lebar dengan alternatif antara lain : 25 x 25 cm
atau 30 x 30 cm.
4) Pengelolaan
air SRI adalah pada umur padi vegetatif, air diberikan secara macak - macak
(kapasitas lapang) kecuali pada saat penyiangan dilakukan penggenangan ( 2 – 3
) cm. Pada umur + 45 hari sebaiknya lahan dikeringkan selama 10 hari untuk
menghambat pertumbuhan anakan, kemudian air diberikan secara macak-macak
kembali sampai masa pertumbuhan malai, pengisian bulir padi hingga bernas,
selanjutnya pada umur tanaman + 100 hari sawah dikeringkan sampai panen.
5) Pemeliharaan
tanaman SRI adalah penyiangan, penyulaman dan pengendalian hama.
Ø Penyiangan
dilakukan dengan selang waktu 10 hari setelah tanam sebanyak 4 kali dan setiap
selesai penyiangan dilakukan penyemprotan suplement Pupuk cair (POC) / Mikro
Organisme Lokal (MOL) yang dibuat sendiri.
Ø Penyulaman
tanaman dilakukan bila ada gangguan belalang atau keong, bibit untuk menyulam
adalah bibit yang diambil dari bibit cadangan yang secara sengaja ditanam
dipinggir petakan sawah.
Ø Pengendalian
hama dilakukan dengan konsep Pengendalian Hama Terpadu (PHT) secara utuh yaitu:
melalui pendayagunaan fungsi musuh alami, pengamatan berkala, dan tidak
menggunakan pestisida sintetis.
Pengembangan program SRI (System of Rice Intensification) pada
tahun 2015 di Kecamatan Sindang dilaksanakan oleh kelompok tani lemah sair Desa
Sangkanhurip dan kelompok tani tegal Desa Garawastu. Kelompok tani diberikan
bantuan masing-masing kelompok 10 Ha dalam bentuk uang untuk mengembangkan
program tersebut.
Berkenaan dengan tugas mahasiswa/alumni
dalam pelaksanaan upaya khusus peningkatan padi yaitu memberikan penyuluhan
kepada petani mengenai cara budidaya padi dengan metode SRI dari mulai
pengolahan lahan sampai dengan pemeliharaan.
Sehubungan masa kontrak
tugas mahasiswa/alumni yang diberikan hanya 2 bulan dari tanggal 1 September
sampai dengan 31 Oktober 2015 tidak banyak yang bisa mahasiswa/alumni lakukan,
ditambah ketika mahasiswa/alumni sudah mulai bekerja ke kelompok tani Desa
Garawastu dan Sangkanhurip pada bulan september, petani sudah melakukan
penyemaian padi secara konvensional. Bantuan yang dijanjikan oleh Dinas
Pertanian, sampai berakhir masa kontrak mahasiswa/alumni belum di terima oleh
yang berhak.
Secara garis besar setelah
melakukan pendampingan upaya khusus peningkatan padi dengan metode SRI di
kelompok tani Desa Garawastu dan Sangkanhurip belum sesuai anjuran.
1) Pengolahan
tanah menggunakan traktor dengan memberikan asupan bahan organik jerami, tidak
dibuatkan parit untuk pengelolaan air.
2) Persemaian
dilakukan dilahan sawah, tidak menggunakan nampan.
3) penanaman
empat bibit per lubang, bibit berumur 15 - 20 hari. Jarak tanam 25 x 25 cm.
4) Pengelolaan
air diberikan secara digenang.
5) Pemupukan
diberikan pupuk anorganik (urea, npk)
6) Penyiangan
baru dilakukan 1 kali pada umur 15 hari setelah tanam.
BAB IV
KESIMPULAN
DAN SARAN
4.1.
KESIMPULAN
Program Rehabilitasi
Jaringan Irigasi Tersier (RJIT) sudah terserap
100 %. Adapun hasil jaringan irigasi yang dibangun pada kegiatan ini yaitu
kelompok tani cipari Desa Garawastu dengan panjang 350 m, sedangkan kelompok
tani melot Desa Sangkanhurip 300 m. Bantuan saprodi juga sudah di distribusikan
oleh kelompok tani dan telah di terima oleh petani penggarap. Permasalahan yang
dihadapi pada musim kemarau yaitu debit air di sungai cikeruh berkurang,
sehingga air yang masuk ke hamparan kedua kolompok juga berkurang. Solusi untuk
mengantisipasi permasalahan tersebut adalah diadakan pembagian air secara
bergilir dengan interval waktu 1 minggu.
Kegiatan
program SRI di Desa Garawastu dan Desa Sangkanhurip belum dilaksanakan sesuai
anjuran yang berlaku. Kemungkinan para petani belum sepenuhnya paham mengenai
budidaya padi dengan sistem SRI, hal tersebut diakibatkan minimnya waktu
pendamping untuk mensosialisasi program kepada petani.
4.2.
SARAN
Kegiatan program pemerintah
yang berkaitan dengan pertanian agar dikaji ulang agar program tersebut tepat
sasaran. Rencana dan realisasi dilapangan sangat berbeda, salah satu contoh
ketika rencana program SRI dapat dilakukan pada bulan oktober sedangkan
kalender musim tanam pada bulan september. Sehingga program tersebut dipaksakan
agar dapat berjalan, yang jadi korban adalah petani sendiri.