Senin, 04 Juni 2012

DALAM SISTEM PERBENIHAN DI PROVINSI MALUKU UTARA


DALAM SISTEM PERBENIHAN DI PROVINSI MALUKU UTARA

Sulistiono, W.,  Tufail I.A., Hakim O.R., dan H. Syahbuddin
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Maluku Utara
Kompleks Pertanian Kusu, No1. Oba Utara Kota Tidore Kepulauan.
email : tionojanah@gmail.com

ABSTRAK
Pengkajian tentang peningkatan peran kolompok tani penangkar benih pala dalam sistem perbenihan di Provinsi Maluku Utara telah dilakukan pada bulan Mei-Desember 2009. Melibatkan poktan pemilik blok penghasil tinggi (BPT) pala Primajaya Kota Tidore Kepulauan sebagai sumber benih. Poktan Intitani di desa Amasing Kali dan Gema Sejati berlokasi di desa Mendaong Bacan Halmahera Selatan sebagai penangkar bibit. Dalam Peningkatan peran poktan dilakukan usaha teknis perbenihan dan kelembagaan.Tujuan yang diharapkan adalah: (1) menyusun jalur sistem perbenihan yang efektif dan menguntungkan petani dan Stakeholder; (2) pemberdayaan poktan dalam sistem perbenihan pala di Maluku Utara; (3) menyediakan bibit pala yang memenuhi kualitas/mutu bibit. Hasil menunjukkan bahwa: (1) sistem perbenihan komunal mengoptimalkan peran poktan yang belum tergarap optimal dengan terciptanya alur perbenihan yang efektif dan mengguntungkan poktan; (2) pemberdayaan poktan oleh BPTP Malut di masa datang diharapkan secara mandiri mampu menjadi : (a) poktan yang bekerjasama dengan poktan di kota Tidore, khususnya yang memiliki BPT untuk menjadi sumber benih unggul serta menciptakan alur sumber benih permanen, (b) menjadi produsen bibit dan penangkar bersertifikat untuk tanaman perkebunan, (c) membina poktan lain untuk membentuk jejaring agribisnis perbenihan komunal tanaman perkebunan bermitra tani, dan  (d) secara aktif dan teratur melakukan perbaikan kemampuan teknis perbenihan melalui bimbingan BPTP Malut; dan (3) penyediaan bibit pala yang berkualitas tergantung ketersediaan benih dari BPT, ketrampilan teknis penanganan panen benih, pengiriman, persemain dan perawatan oleh poktan yang aktif.
Kata Kunci : Poktan, penangkar benih pala, perbenihan, Maluku Utara


PENDAHULUAN
Kinerja kelembagaan kelompok tani (poktan) memegang peran yang sangat penting pada perekonomian di pedesaan khususnya sektor pertanian. Berdasarkan data tahun 2004, Maluku Utara merupakan produsen pala terbesar di Indonesia yaitu 42,01% (Anonim, 2007). Pala diusahakan secara sistem perkebunan rakyat. Hal ini mengindikasikan besarnya persentase masyarakat yang terlibat dalam usaha tani pala. Data  produktivitas 0,49 – 0,68 t/ha, yaitu lebih tinggi dibandingkan produktivitas nasional yang hanya 0,36 t/ha (BPTP Maluku Utara, 2006).  Dengan potensi tersebut namun secara regional sebagai daerah kepulauan, Maluku Utara menjadi berbeda dengan daerah lainnya, sehingga diperlukan program perbenihan yang spesifik.
Kondisi tersebut tersebut di atas menuntut kesiapan program perbenihan yang didasari oleh keberadaan poktan dan blok pengkasil tinggi (BPT). Menurut Hadad dan Firman (2003), BPT adalah sekelompok tanaman yang terpilih dan berproduksi tinggi dan merupakan sumber benih yang menghasilkan bahan tanaman biji. Kesiapan produksi juga ditentukan oleh teknologi yang dikembangkan dan penyalurannya. Salah satu diantaranya adalah sistem perbenihan yang efektif, melalui pengadaan benih yang bermutu tinggi dari BPT yang sudah diketahui keunggulannya dan tersertifikasi (BPTP Maluku Utara, 2006).
Penelitian ini bertujuan: (1) menyusun jalur sistem perbenihan yang efektif dan menguntungkan petani dan Stakeholder, (2) pemberdayaan Poktan dalam sistem perbenihan pala di Maluku Utara, dan  (3) menyediakan bibit pala yang memenuhi kualitas/mutu bibit.

BAHAN DAN  METODE
Waktu dan Tempat
Waktu kegiatan  Bulan Mei- Desember 2009. Tempat di Desa Mendaong dan Amasing Kali Bacan Kabupaten Halmahera Selatan sebagai poktan penangkar bibit, dan Kelurahan Jaya Kota Tidore Kepulauan selaku poktan produsen bibit pala dari BPT.

Bahan dan Alat
 Bahan yang digunakan : bibit pala 10.000 bibit, media tanah + pupuk kandang, polibag 7cm, atap bedengan persemaian dan pembibitan dari daun sagu, dan media serbuk gergaji. Alat yang digunakan yaitu alat pertanian kecil (APK), dan alat pencatat data.
Metode observasi dan Menentukan poktan:
 Menentukan poktan pembibitan dengan metode  pendekatan sosiologi pedesaan menyangkut teknik budidaya petani, dukungan saprodi dan infrastruktur, serta adanya petani inovatif teknologi. Penelusuran ke Dinas perkebunan daerah terkait. Kriteria berdasarkan (1) kemampuan/kecakapan poktan dalam mengelola pembibitan pala. Ditandai dengan kegiatan pembibitan yang sudah ditangani; (2) poktan aktif, ditandai dengan adanya daftar anggota yang sah dan terdaftar di Dinas Perkebunan atau Bapel P3K setempat. Menentukan poktan penyedia benih didasarkan poktan yang memiliki blok penghasil tinggi (BPT) dan bersertifikat, baik poktan dan BPT.
Metode menyusun alur sistim perbenihan :
Alur sistim perbenihan disusun secara diskriptif. Melalui tahapan menyimpulkan hubungan antara komponen perbenihan yang terlibat, dan forum perbenihan. Komponen dikelompokan atas poktan hulu dan hilir, pendamping kelembagaan dan atau teknologi, dan pengguna /stakeholder.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Sistem perbenihan komunal yang efektif di Maluku Utara
Dari kegiatan perbenihan pala dengan melibatkan poktan untuk meningkatkan perannya, didapat alur sebagai berikut:


Gambar 1.  Alur peningkatan  peran poktan dalam sistem perbenihan pala di Maluku Utara
Keterangan tanda:
: alur kegiatan/produksi
: alur koordinasi langsung timbal balik
: alur koordinasi aktif langsung searah
: alur koordinasi pasif langsung

Keterangan produsen benih :
Kelas A : Memiiliki kebun sumber benih menjual   benih dalam   bentuk biji.
Kelas B : Memiliki kebun sumber benih  menjual benih dalam bentuk bibit
Kelas C : Tidak memiliki kebun sumber benih, melakukan pembibitan, benih diperoleh dari kriteria A, dan menjual benih dalam bentuk bibit
Sumber : Basuki, 2007.

Poktan lebih berperan dalam hal pengadaan benih dari BPT. Poktan menjadi produsen benih baik kelas A, B, dan C. Secara mandiri poktan dapat melakukan pelepasan bibit dan waralaba bibit yang dihasilkan baik untuk kebutuhan anggota maupun stakeholder/pengguna lainnya.
Dari alur tersebut peran Poktan meningkat menjadi : (1) poktan yang bekerjasama dengan poktan di kota Tidore, khususnya yang memiliki BPT menjadi sumber benih unggul serta menciptakan alur sumber benih permanen, (2) menjadi produsen bibit dan penangkar bersertifikat untuk tanaman perkebunan, (3) membina poktan lain untuk membentuk jejaring agribisnis perbenihan komunal tanaman perkebunan bermitra tani, dan  (4) secara aktif dan teratur melakukan perbaikan kemampuan teknis perbenihan melalui bimbingan BPTP Malut.

Pemberdayaan Poktan dalam Sistem Perbenihan Pala di Maluku Utara
Pemberdayaan poktan dilakukan dengan langkah forum perbenihan dan pengkayaan teknis.  Aspek peningkatan peran poktan dalam alur perbenihan pala di Maluku Utara lebih banyak dimuat dalam forum perbenihan. Pertemuan teknis menyangkut: (1) Pemahaman  tentang pentingnya BPT/ sumber benih yang berkualitas pada 2 (dua) poktan di Bacan sebagai produsen benih kelas C. Kedua poktan tersebut adalah Intitani desa Amasing kali dan Gema Sejati desa Mendaong Bacan Kabupaten Halsel; (2) Pengelolaan pohon induk/BPT dan penanganan benih dari BPT pada anggota poktan sumber benih di Jaya Tidore; (3) Pengendalian mutu benih. Poktan pengawas internal standar mutu benih-bibit pala didampingi oleh BPTP Malut. Kegiatan ini banyak dilakukan pada kegiatan teknis pengadaan benih, persemaian, dan pembibitan. 
Forum perbenihan dilakukan untuk meningkatkan kapasitas SDM, aspek teknis, kelembagaan poktan serta merumuskan peningkatan peran poktan dalam sistim perbenihan yang efektif. Forum perbenihan melibatkan pihak Bapel P3K Kab. Halmahera Selatan, Dinas Perkebunan, dan dua (2) poktan binaan Intitani dan Gema Sejati.

Menyediakan Bibit Pala yang Memenuhi Kualitas/Mutu Bibit
Ketersediaan benih pala yang berkualitas  ditentukan dari adanya BPT dan poktan aktif.
Tabel 1. Pemetaan perbenihan berbasis kelompok tani

Asal BPT*
Jumlah
pohon induk*
Poktan yang dibina

Jaya  Tidore pemilik:

2 (dua) poktan di Bacan Halsel
Terdiri :

Senen Karim
32
Intitani ketua La idu Ode R.  Desa Amasingkali 

Ali Muhammad
26
Gema Sejati ketua Sardi Hayau. Desa Paisumbaos di Mendaong Halmahera Selatan
*) Sumber : Hadad dkk, 2006.
Benih yang ditanggani masing-masing poktan sebanyak 5000 biji. Daya tumbuh 33,2%. Jumlah anggota terdaftar sebanyak masing-masing 20 orang. Dari sisi teknis, pala dengan sifat biji dengan viabilitas benih cepat menurun/rusak, menuntut peran penangkar dari BPT untuk menyediakan biji sesaat (2 hari) sebelum dikirim/tanam. Keberhasilan perkecambahan benih pala sebesar  33,2% menuntut perlakuan tertentu sebelum perkecambahan. Hal ini disebabkan secara fisiologis termasuk benih rekalsitran yang daya kecambahnya sekitar 30% bila tidak dilakukan perlakuan mekanis tertentu (Somaatmadja, 1984). Upaya untuk menghindari menurunnya viabilitas benih secara cepat dilakukan juga perlakuan pengemasan saat pengiriman. Pengemasan dengan menjaga kelembaban biji. Upaya dengan pemberian serbuk gergaji basah di antara lapisan biji yang di packan, menghindari benturan dan menghindari terkena sinar matahari langsung/temperatur tinggi.
Kendala tersebut menuntut upaya peningkatan kemampuan teknis poktan. Ini dimaksud dalam hal penanganan bibit  dari BPT di Tidore (produsen benih kelas A, dan B) dan poktan penerima benih untuk dikecambahkan dan pemeliharaan bibit di Bacan Halsel (Produsen benih kelas C). Upaya tindak lanjut dilakukan pendampingan, dengan meningkatkan kemampuan teknis oleh BPTP Maluku utara sebagai institusi resmi pengkaji teknologi pertanian di Maluku utara.
Adanya benih yang berasal dari sumber benih BPT merupakan langkah pertama menjaga mutu perbenihan yang dihasilkan. Adanya pohon induk sebanyak 58 pohon di jaya merupakan sember benih yang memadai untuk pengadaan benih. Peningkatan peran poktan dalam perbenihan memiliki wilayah kerja yang luas. Gapoktan Primajaya di Kelurahan Jaya Tidore sebagai sumber benih, dan 2 dua Poktan produsen benih Kelas C di Bacan. Diharapkan poktan yang terlibat lebih banyak lagi.
Di samping itu menurut Yudono (2003), dalam program perbenihan, perlu pengembangan pusat perbenihan/seed centre. Seed centre diharapkan mampu mengatasi kesenjangan (gaps) dan penghubung antara stakeholders (pelaku) perbenihan yakni produsen benih, pedagang benih, petani agribisnis konsumen benih, pemerintah pemegang kebijakan, dan pakar perbenihan/ilmuwan. Ditambahkan juga, seed centre dapat dibentuk di suatu wilayah yang memiliki tingkat aktivitas pertanian yang setara.
Obyek sertifikasi untuk menjaga mutu benih-bibit pala dapat berupa asal sumber benih (BPT dan pohon Induk) dan produsen benih (proses dan penangkar) baik kelas A, B, dan C. Pendampingan di lapangan oleh BPTP Malut merupakan salah satu upaya menjaga proses perbenihan agar terjaga kualitasnya. Pengawasan dengan tujuan yang sama juga dalam proses dilakukan oleh balai sertifikasi benih/bibit tanaman perkebunan. Upaya awal untuk menjaga mutu dengan pengambilan benih dari BPT dengan melibatkan poktan primajaya di Tidore selaku poktan yang memiliki BPT.


SIMPULAN
1.       Sistem perbenihan komunal mengoptimalkan peran poktan yang belum tergarap optimal dengan terciptanya alur perbenihan yang efektif dan mengguntungkan poktan.
2.       Pemberdayaan poktan oleh BPTP Malut di masa datang diharapkan secara mandiri mampu menjadi : (1) poktan yang bekerjasama dengan poktan di kota Tidore, khususnya yang memiliki BPT menjadi sumber benih unggul serta menciptakan alur sumber benih permanen, (2) menjadi produsen bibit dan penangkar bersertifikat untuk tanaman perkebunan, (3) membina poktan lain untuk membentuk jejaring agribisnis perbenihan komunal tanaman perkebunan bermitra tani, dan  (4) secara aktif dan teratur melakukan perbaikan kemampuan teknis perbenihan melalui bimbingan BPTP Malut.
3.       Penyediaan bibit pala yang berkualitas tergantung ketersediaan benih dari BPT, ketrampilan teknis penanganan benih, pengiriman, persemain dan perawatan oleh poktan yang aktif.

UCAPAN TERIMAKASIH
Pengkajian ini didanai oleh program SINTA TA 2009 yang merupakan kerjasama antara Badan Litbang Deptan RI. dengan Dikti, Departemen Pendidikan Nasional. Terimakasih juga kami ucapkan kepada Dinas Perkebunan Kabupaten Halmahera Selatan, ketua poktan La Makmur, dan Sardi Hayau atas kerjasama dan bantuannya selama penelitian.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2007.  “Laporan Tahunan 2007”. Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Derah Provinsi Maluku Utara. Laporan Tahunan. Ternate.
Basuki, E. P.,2006. Makalah seminar Sertifikasi Benih perkebunan. BP2MB Jawa Timur.
BPTP. Maluku Utara. 2006. “Laporan Akhir Dukungan  Penyediaan Benih Eksplorasi Tanaman Pala yang Terpilih”. Ternate.
Hadad, E.A. dan Firman, 2003.  Budidaya Pala (Myristica fragrans Houtt). Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat. Bogor 
Hadad, M., I Marzuki, M. Syukur, M. Assagaf. 2006. Potensi dan Pengembangan Pala di Maluku Utara. Bogor.
Yudono, P., 2003. Peran Pusat Perbenihan sebagai Mediator Stakeholders Implemantasi suatu Program Perbenihan. Jurnal Ilmu Pertanian, vol 10. No. 1: 77-84.
Somaatmadja, D., 1984.  Penelitian dan Pengembangan Pala dan Fuli. Komunikasi No.215.  BBIHP, Bogor. 18 hal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar