BUDIDAYA PADI SAWAH TADAH HUJAN
1. PENDAHULUAN
Usaha tani Padi sawah tadah hujan memiliki prospek yang sangat baik terutama pada daerah yang memiliki bulan basah berturut-turut 4-8 bulan. Produksi padi sawah tadah hujan saat ini rata-rata baru mencapai 3,0-4,0 ton/ha sementara hasil penelitian IRRI-CRIFC sudah mencapai 6,5-7,5 ton/ha. Teknologi padi sawah tadah hujan yang tepat diharapkan mampu meningkatkan produktivitas padi gogo.
2. PENGOLAHAN TANAH
Olah tanah 2 kali yaitu: (1) pada saat musim kemarau atau setelah terjadinya hujan; (2) saat menjelang tanam. Olah tanah dengan traktor dengan cara singkal, setelah hujan turun olah lahan untuk menghaluskan tanah kemudian ratakan. Sambil menunggu curah hujan yang cukup, pada setiap petak sawah perlu dibuat saluran keliling dan pada petakan yang luas perlu ditambah pembuatan semacam bedengan dengan lebar sekitar 5 m. Saluran ini sangat diperlukan untuk membuang kelebihan air atau akan berfungsi sebagai saluran drainase.
Badan Penelitian dan Pengembangan (Litbang) Pertanian Departemen Pertanian telah mengeluarkan varietas unggul dengan tingkat produksi yang tinggi. Varietas tersebut adalah: Ciherang, Cibogo, Cigeulis, Way Apo Buru, Mekongga dan Widas.
Kegiatan tanam baru dapat dilakukan bila curah hujan sudah cukup stabil atau mencapai sekitar 60 mm/dekade (10 hari). Gunakan sistem tanam Jajar Legowo (20x10) x 30 cm atau (20x10) x 40 cm, 4-5 butir per lubang. Dengan seperti ini, populasi tanaman mencapai 400.000 rumpun/ha atau 330.000 rumpun/ha.
Pelaksanaan penanaman dibantu dengan alat semacam caplakan untuk padi sawah. AAlat tersebut mempunyai 4 (empat) titik/mata yang berjarak 20 cm dan 30 cm atau 20 cm dan 40 cm, dan ditambah 2 titik paku yang berjarak 15 cm atau 20 cm dari titik/mata caplakan paling pinggir. Ketinggian titik/mata caplakan sekitar 6-7 cm. Keuntungan cara tanam jajar legowo adalah banyak kemudahan dalam pemeliharaan tanaman terutama penyiangan, penyemprotan dan pemupukan secara larikan.
Lahan Sawah Tadah Hujan umumnya tidak memiliki unsur hara sebaik lahan sawah irigasi. Lahan sawah tadah hujan membutuhkan pemupukan yang baik. Selain itu, waktu pemupukan juga perlu mendapat perhatian khusus, dimana bila lahan dalam kondisi kering pemupukan tidak dapat dilakukan harus menunggu sampai kondisi lahan menjadi lembab.
Untuk meningkatkan efisiensi pupuk an-organic pada lahan sawah tadah hujan perlu ditambahkan pupuk organic atau pupuk kandang sekitar 3-5 ton/ha/tahun. Aplikasi pupuk organic sebaiknya dilakukan setelah pengolahan tanah pertama, dan diharapkan pada pengolahan tanah kedua pupuk organic akan tercampur dengan rata. Pada pemupukan I dilakukan pada umur (10-15) HST berikan 50 kg urea, 100 kg SP36 dan 100 kg KCL/ha. Pemupukan susulan I 35-40 HST dengan dosis pupuk 75 kg/ha. Pemupukan susulan II yaitu: pada saat primordial dengan takaran 75 kg/ha.
Pada saat pertumbuhan vegetatif, hama yang sering menyerang adalah lalat bibit dan penggerek batang. Pada pertumbuhan lanjut, hama penggerek batang, pemakan dan penggullung daun juga sering menyerang. Pada beberapa lokasi juga ada kemungkinan hama wereng coklat dan wereng hijau penular penyakit tungro menyerang pertanaman. Bila tanaman sudah keluar malai, hama kepik hijau dan walang sangit juga sering menyerang.
Selain adanya serangan hama, penyakit utama usahatani ini adalah penyakit blas yang disebabkan oleh jamur Pycularia grisea dan penyakit bercak daun coklat Helminthosporium oryzae dan bercak daun bergaris Cercospora orizae. Cara pengendalian penyakit yang paling efektif dan efisien adalah dengan menanam varietas padi yang tahan, seperti varietas Tukad Petanu untuk penyakit Tungro dan varietas Ciherang yang tahan wereng coklat biotipe 2.. Pemberian pupuk organik N, P dan K yang berimbang selain meningkatkan produksi juga dapat menekan keparahan penyakit bercak daun. Bahkan dengan pengembalian jerami dan pemberian pupuk kandang dapat mengurangi kerugian oleh penyakit ini (Suparyono et al., 1992). Sistem tanam multi varietas atau mozaik varietas juga bisa ditempuh untuk mengurangi penyebaran penyakit dalam waktu singkat.
Gangguan lain yang sering muncul di lapangan adalah adanya kompetisi dengan tumbuhan pengganggu atau gulma. Bila pertumbuhan gulma padat, tanaman pokok padi akan sangat menderita karena kalah bersaing dalam mendapatkan air dan hara. Pengendalian gulma sebaiknya dilakukan lebih awal. Penyiangan pertama gan kedua dilakukan pada umur 30-45 hari setelah tumbuh. Penyiangan dilakukan dengan menggunakan kored. Penyiangan ini sekaligus sebagai cara pembumbunan tanaman.
Gunakan prinsip-prinsip Pengendalian Hama Terpadu (PHT), yaitu: pengendalian dilakukan secara fisik, mekanis atau kimiawi. Penggunaan secara kimiawi dapat dilakukan apabila populasi organisme penggangu tanaman (OPT) sudah melebihi ambang batas ± >5 dalam satu rumpun tanaman (OPT) sudah melebihi ambang batas ± >5 dalam satu rumpun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar