DALAM SISTEM
PERBENIHAN DI PROVINSI MALUKU UTARA
Sulistiono, W., Tufail I.A., Hakim O.R., dan H. Syahbuddin
Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian (BPTP) Maluku Utara
Kompleks Pertanian Kusu, No1. Oba
Utara Kota Tidore Kepulauan.
email : tionojanah@gmail.com
ABSTRAK
Pengkajian
tentang peningkatan peran kolompok tani penangkar benih pala dalam sistem
perbenihan di Provinsi Maluku Utara telah dilakukan pada bulan Mei-Desember
2009. Melibatkan poktan pemilik blok penghasil tinggi (BPT) pala Primajaya Kota
Tidore Kepulauan sebagai sumber benih. Poktan Intitani di desa Amasing Kali dan
Gema Sejati berlokasi di desa Mendaong Bacan Halmahera Selatan sebagai
penangkar bibit. Dalam Peningkatan peran poktan dilakukan usaha teknis
perbenihan dan kelembagaan.Tujuan yang diharapkan adalah: (1) menyusun jalur
sistem perbenihan yang efektif dan menguntungkan petani dan Stakeholder; (2)
pemberdayaan poktan dalam sistem perbenihan pala di Maluku Utara; (3)
menyediakan bibit pala yang memenuhi kualitas/mutu bibit. Hasil menunjukkan
bahwa: (1) sistem perbenihan komunal mengoptimalkan peran poktan yang belum
tergarap optimal dengan terciptanya alur perbenihan yang efektif dan
mengguntungkan poktan; (2) pemberdayaan poktan oleh BPTP Malut di masa datang
diharapkan secara mandiri mampu menjadi : (a) poktan yang bekerjasama dengan
poktan di kota Tidore, khususnya yang memiliki BPT untuk menjadi sumber benih
unggul serta menciptakan alur sumber benih permanen, (b) menjadi produsen bibit
dan penangkar bersertifikat untuk tanaman perkebunan, (c) membina poktan lain
untuk membentuk jejaring agribisnis perbenihan komunal tanaman perkebunan
bermitra tani, dan (d) secara aktif dan
teratur melakukan perbaikan kemampuan teknis perbenihan melalui bimbingan BPTP
Malut; dan (3) penyediaan bibit pala yang berkualitas tergantung ketersediaan
benih dari BPT, ketrampilan teknis penanganan panen benih, pengiriman,
persemain dan perawatan oleh poktan yang aktif.
Kata Kunci :
Poktan, penangkar benih pala, perbenihan, Maluku Utara
PENDAHULUAN
Kinerja kelembagaan kelompok tani
(poktan) memegang peran yang sangat penting pada perekonomian di pedesaan
khususnya sektor pertanian. Berdasarkan data tahun 2004, Maluku Utara merupakan
produsen pala terbesar di Indonesia yaitu 42,01% (Anonim, 2007). Pala
diusahakan secara sistem perkebunan rakyat. Hal ini mengindikasikan besarnya
persentase masyarakat yang terlibat dalam usaha tani pala. Data produktivitas 0,49 – 0,68 t/ha, yaitu lebih
tinggi dibandingkan produktivitas nasional yang hanya 0,36 t/ha (BPTP Maluku
Utara, 2006). Dengan potensi tersebut
namun secara regional sebagai daerah kepulauan, Maluku Utara menjadi berbeda
dengan daerah lainnya, sehingga diperlukan program perbenihan yang spesifik.
Kondisi tersebut tersebut di atas
menuntut kesiapan program perbenihan yang didasari oleh keberadaan poktan dan
blok pengkasil tinggi (BPT). Menurut Hadad dan Firman (2003), BPT adalah
sekelompok tanaman yang terpilih dan berproduksi tinggi dan merupakan sumber benih
yang menghasilkan bahan tanaman biji. Kesiapan produksi juga ditentukan oleh
teknologi yang dikembangkan dan penyalurannya. Salah satu diantaranya adalah
sistem perbenihan yang efektif, melalui pengadaan benih yang bermutu tinggi
dari BPT yang sudah diketahui keunggulannya dan tersertifikasi (BPTP Maluku
Utara, 2006).
Penelitian ini bertujuan: (1)
menyusun jalur sistem perbenihan yang efektif dan menguntungkan petani dan
Stakeholder, (2) pemberdayaan Poktan dalam sistem perbenihan pala di Maluku
Utara, dan (3) menyediakan bibit pala
yang memenuhi kualitas/mutu bibit.
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat
Waktu kegiatan Bulan Mei- Desember 2009. Tempat di Desa
Mendaong dan Amasing Kali Bacan Kabupaten Halmahera Selatan sebagai poktan
penangkar bibit, dan Kelurahan Jaya Kota Tidore Kepulauan selaku poktan
produsen bibit pala dari BPT.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan : bibit pala 10.000
bibit, media tanah + pupuk kandang, polibag 7cm, atap bedengan persemaian dan
pembibitan dari daun sagu, dan media serbuk gergaji. Alat yang digunakan yaitu
alat pertanian kecil (APK), dan alat pencatat data.
Metode
observasi dan Menentukan poktan:
Menentukan poktan pembibitan dengan
metode pendekatan sosiologi pedesaan
menyangkut teknik budidaya petani, dukungan saprodi dan infrastruktur, serta
adanya petani inovatif teknologi. Penelusuran ke Dinas perkebunan daerah
terkait. Kriteria berdasarkan (1) kemampuan/kecakapan poktan dalam mengelola
pembibitan pala. Ditandai dengan kegiatan pembibitan yang sudah ditangani; (2)
poktan aktif, ditandai dengan adanya daftar anggota yang sah dan terdaftar di
Dinas Perkebunan atau Bapel P3K setempat. Menentukan poktan penyedia benih
didasarkan poktan yang memiliki blok penghasil tinggi (BPT) dan bersertifikat,
baik poktan dan BPT.
Metode menyusun alur sistim perbenihan :
Alur
sistim perbenihan disusun secara diskriptif. Melalui tahapan menyimpulkan
hubungan antara komponen perbenihan yang terlibat, dan forum perbenihan.
Komponen dikelompokan atas poktan hulu dan hilir, pendamping kelembagaan dan
atau teknologi, dan pengguna /stakeholder.
HASIL DAN
PEMBAHASAN
Sistem perbenihan komunal yang efektif
di Maluku Utara
Dari
kegiatan perbenihan pala dengan melibatkan poktan untuk meningkatkan perannya,
didapat alur sebagai berikut:
Gambar 1. Alur peningkatan peran poktan dalam sistem perbenihan pala di
Maluku Utara
Keterangan
tanda:
|
:
alur kegiatan/produksi
|
|
:
alur koordinasi langsung timbal balik
|
|
:
alur koordinasi aktif langsung searah
|
|
:
alur koordinasi pasif langsung
|
Keterangan produsen benih :
Kelas
A : Memiiliki kebun sumber benih menjual
benih dalam bentuk biji.
Kelas
B : Memiliki kebun sumber benih menjual
benih dalam bentuk bibit
Kelas
C : Tidak memiliki kebun sumber benih, melakukan pembibitan, benih diperoleh
dari kriteria A, dan menjual benih dalam bentuk bibit
Sumber : Basuki, 2007. |
Poktan
lebih berperan dalam hal pengadaan benih dari BPT. Poktan menjadi produsen
benih baik kelas A, B, dan C. Secara mandiri poktan dapat melakukan pelepasan
bibit dan waralaba bibit yang dihasilkan baik untuk kebutuhan anggota maupun
stakeholder/pengguna lainnya.
Dari
alur tersebut peran Poktan meningkat menjadi : (1) poktan yang bekerjasama
dengan poktan di kota Tidore, khususnya yang memiliki BPT menjadi sumber benih
unggul serta menciptakan alur sumber benih permanen, (2) menjadi produsen bibit
dan penangkar bersertifikat untuk tanaman perkebunan, (3) membina poktan lain
untuk membentuk jejaring agribisnis perbenihan komunal tanaman perkebunan
bermitra tani, dan (4) secara aktif dan
teratur melakukan perbaikan kemampuan teknis perbenihan melalui bimbingan BPTP
Malut.
Pemberdayaan
Poktan dalam Sistem Perbenihan Pala di Maluku Utara
Pemberdayaan poktan dilakukan dengan
langkah forum perbenihan dan pengkayaan teknis.
Aspek peningkatan peran poktan dalam alur perbenihan pala di Maluku
Utara lebih banyak dimuat dalam forum perbenihan. Pertemuan teknis menyangkut:
(1) Pemahaman tentang pentingnya BPT/
sumber benih yang berkualitas pada 2 (dua) poktan di Bacan sebagai produsen
benih kelas C. Kedua poktan tersebut adalah Intitani desa Amasing kali dan Gema
Sejati desa Mendaong Bacan Kabupaten Halsel; (2) Pengelolaan pohon induk/BPT
dan penanganan benih dari BPT pada anggota poktan sumber benih di Jaya Tidore;
(3) Pengendalian mutu benih. Poktan pengawas internal standar mutu benih-bibit
pala didampingi oleh BPTP Malut. Kegiatan ini banyak dilakukan pada kegiatan
teknis pengadaan benih, persemaian, dan pembibitan.
Forum perbenihan dilakukan untuk
meningkatkan kapasitas SDM, aspek teknis, kelembagaan poktan serta merumuskan
peningkatan peran poktan dalam sistim perbenihan yang efektif. Forum perbenihan
melibatkan pihak Bapel P3K Kab. Halmahera Selatan, Dinas Perkebunan, dan dua
(2) poktan binaan Intitani dan Gema Sejati.
Menyediakan
Bibit Pala yang Memenuhi Kualitas/Mutu Bibit
Ketersediaan benih pala yang
berkualitas ditentukan dari adanya BPT
dan poktan aktif.
Tabel
1. Pemetaan perbenihan berbasis kelompok tani
|
Asal
BPT*
|
Jumlah
pohon
induk*
|
Poktan
yang dibina
|
|
Jaya Tidore pemilik:
|
|
2 (dua) poktan
di Bacan Halsel
Terdiri :
|
|
Senen
Karim
|
32
|
Intitani
ketua La idu Ode R. Desa
Amasingkali
|
|
Ali
Muhammad
|
26
|
Gema
Sejati ketua Sardi Hayau. Desa Paisumbaos di Mendaong Halmahera Selatan
|
*)
Sumber : Hadad dkk, 2006.
Benih
yang ditanggani masing-masing poktan sebanyak 5000 biji. Daya tumbuh 33,2%.
Jumlah anggota terdaftar sebanyak masing-masing 20 orang. Dari sisi teknis,
pala dengan sifat biji dengan viabilitas benih cepat menurun/rusak, menuntut
peran penangkar dari BPT untuk menyediakan biji sesaat (2 hari) sebelum
dikirim/tanam. Keberhasilan perkecambahan benih pala sebesar 33,2% menuntut perlakuan tertentu sebelum
perkecambahan. Hal ini disebabkan secara fisiologis termasuk benih rekalsitran
yang daya kecambahnya sekitar 30% bila tidak dilakukan perlakuan mekanis
tertentu (Somaatmadja, 1984). Upaya untuk menghindari menurunnya viabilitas
benih secara cepat dilakukan juga perlakuan pengemasan saat pengiriman.
Pengemasan dengan menjaga kelembaban biji. Upaya dengan pemberian serbuk
gergaji basah di antara lapisan biji yang di packan, menghindari benturan dan
menghindari terkena sinar matahari langsung/temperatur tinggi.
Kendala
tersebut menuntut upaya peningkatan kemampuan teknis poktan. Ini dimaksud dalam
hal penanganan bibit dari BPT di Tidore
(produsen benih kelas A, dan B) dan poktan penerima benih untuk dikecambahkan
dan pemeliharaan bibit di Bacan Halsel (Produsen benih kelas C). Upaya tindak
lanjut dilakukan pendampingan, dengan meningkatkan kemampuan teknis oleh BPTP
Maluku utara sebagai institusi resmi pengkaji teknologi pertanian di Maluku utara.
Adanya benih yang berasal dari sumber
benih BPT merupakan langkah pertama menjaga mutu perbenihan yang dihasilkan.
Adanya pohon induk sebanyak 58 pohon di jaya merupakan sember benih yang
memadai untuk pengadaan benih. Peningkatan peran poktan dalam perbenihan
memiliki wilayah kerja yang luas. Gapoktan Primajaya di Kelurahan Jaya Tidore
sebagai sumber benih, dan 2 dua Poktan produsen benih Kelas C di Bacan.
Diharapkan poktan yang terlibat lebih banyak lagi.
Di samping itu
menurut Yudono (2003), dalam program perbenihan, perlu pengembangan pusat
perbenihan/seed centre. Seed centre diharapkan mampu mengatasi kesenjangan
(gaps) dan penghubung antara stakeholders (pelaku) perbenihan yakni produsen
benih, pedagang benih, petani agribisnis konsumen benih, pemerintah pemegang
kebijakan, dan pakar perbenihan/ilmuwan. Ditambahkan juga, seed centre dapat
dibentuk di suatu wilayah yang memiliki tingkat aktivitas pertanian yang
setara.
Obyek sertifikasi untuk menjaga mutu
benih-bibit pala dapat berupa asal sumber benih (BPT dan pohon Induk) dan
produsen benih (proses dan penangkar) baik kelas A, B, dan C. Pendampingan di
lapangan oleh BPTP Malut merupakan salah satu upaya menjaga proses perbenihan
agar terjaga kualitasnya. Pengawasan dengan tujuan yang sama juga dalam proses
dilakukan oleh balai sertifikasi benih/bibit tanaman perkebunan. Upaya awal
untuk menjaga mutu dengan pengambilan benih dari BPT dengan melibatkan poktan
primajaya di Tidore selaku poktan yang memiliki BPT.
SIMPULAN
1. Sistem
perbenihan komunal mengoptimalkan peran poktan yang belum tergarap optimal
dengan terciptanya alur perbenihan yang efektif dan mengguntungkan poktan.
2. Pemberdayaan
poktan oleh BPTP Malut di masa datang diharapkan secara mandiri mampu menjadi :
(1) poktan yang bekerjasama dengan poktan di kota Tidore, khususnya yang
memiliki BPT menjadi sumber benih unggul serta menciptakan alur sumber benih
permanen, (2) menjadi produsen bibit dan penangkar bersertifikat untuk tanaman
perkebunan, (3) membina poktan lain untuk membentuk jejaring agribisnis
perbenihan komunal tanaman perkebunan bermitra tani, dan (4) secara aktif dan teratur melakukan
perbaikan kemampuan teknis perbenihan melalui bimbingan BPTP Malut.
3.
Penyediaan bibit pala yang
berkualitas tergantung ketersediaan benih dari BPT, ketrampilan teknis
penanganan benih, pengiriman, persemain dan perawatan oleh poktan yang aktif.
UCAPAN TERIMAKASIH
Pengkajian
ini didanai oleh program SINTA TA 2009 yang merupakan kerjasama antara Badan
Litbang Deptan RI. dengan Dikti, Departemen Pendidikan Nasional. Terimakasih
juga kami ucapkan kepada Dinas Perkebunan Kabupaten Halmahera Selatan, ketua
poktan La Makmur, dan Sardi Hayau atas kerjasama dan bantuannya selama
penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2007.
“Laporan Tahunan 2007”. Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Derah
Provinsi Maluku Utara. Laporan Tahunan. Ternate.
Basuki, E. P.,2006. Makalah seminar Sertifikasi
Benih perkebunan. BP2MB Jawa Timur.
BPTP. Maluku Utara. 2006.
“Laporan Akhir Dukungan Penyediaan Benih
Eksplorasi Tanaman Pala yang Terpilih”. Ternate.
Hadad, E.A. dan Firman, 2003. Budidaya Pala (Myristica fragrans Houtt).
Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat. Bogor
Hadad, M., I Marzuki, M. Syukur, M. Assagaf. 2006.
Potensi dan Pengembangan Pala di Maluku Utara. Bogor.
Yudono, P., 2003. Peran Pusat Perbenihan sebagai
Mediator Stakeholders Implemantasi suatu Program Perbenihan. Jurnal Ilmu
Pertanian, vol 10. No. 1: 77-84.
Somaatmadja,
D., 1984. Penelitian dan Pengembangan
Pala dan Fuli. Komunikasi No.215. BBIHP,
Bogor. 18 hal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar